Weekly Perspective 29 April 2019

Market Data 26-Apr-19 19-Apr-19 %
IHSG 6,401 6,507 -1.60%
EIDO 26 26.7 -2.50%
10Yr Indo IDR(%) 7.78 7.58 19 bps
10Yr Indo USD(%) 3.89 3.89 1 bps
10Yr Indo Treasury(%) 2.5 2.56 -6 bps
IDR/USD 14,199 14,045 -1.10%

 

   
Economic Data 19-Feb 19-Feb 19-Jan
CPI(% YoY) 2.48 2.57 2.82
7D-RRR(%) 6 6 6
Manufacuring 51.2 50.1 49.9
CCI 124.5 125.1 125.5
FX Reserves (USD bn) 124.5 123.3 120.1
Trade Balance (USD mn) 540 330 -1,064

 

 

 

AS dan Korea Selatan merilis angka pertumbuhan ekonomi, hasilnya di luar ekspetasi

Global Macro Economy

AS mengumumkan pertumbuhan ekonomi 1Q2019 sebesar +3,2$ YoY (vs ekspektasi +2,3% YoY) di tengah government shutdown; ketegangan perdagangan; dan kekhawatiran perlambatan ekonomi. Di balik angka yang fantastis tersebut, consumer spending yang mengalami penurunan sehingga pertumbuhan ekonomi AS kali ini banyak disebabkan oleh pertambahan inventory – yang bisa berbalik kapan saja. Berpindah ke Asia, ekonomi Korea Selatan, mengalami kontraksi seiring dengan penurunan yang tajam di investasi manufaktur dan kinerja ekspor yang melemah. PDB negeri gingseng 1Q2019 -0,3% QoQ. Manufaktur chip turun tajam di tengah lemahnya industri semikonduktor.

  Sumber: Bloomberg, CPAM

Harga minyak dunia menyentuh level $75 per barel minggu lalu

Isu masih menjadi pendorong utama rally harga minyak. WTI merambat naik ke $66/barel sementara Brent menguat hingga $75/barel. AS mengkonfirmasi rencana mereka untuk menarik keringanan atas sanksi yang dijatuhkan kepada Iran. Sebelumnya delapa negara (Cina, India, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Turki, Italia, dan Yunani) diperbolehkan mengimpor minyak dari Iran hingga 1 Mei 2019. AS juga menjatuhkan sanksi kepada Venezuela di tengah kisruh politik negara tersebut. Posisi pasokan minyak pun menjadi semakin terbatas di tengah pemangkasan produksi OPEC.

Satu bulan setelah bulan Maret berakhir, pasar antisipasi untuk rilis kuartalan

Domestic Macro Economy

Selain mencermati perkembangan isu-isu eksternal seperti: arah kebijakan The Fed; perang dagang AS-Cina; dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global, pasar modal Indonesia akan memasuki bulan Mei, dimana terdapat banyak data makroekonomi domestik penting yang dirilis. Selain data bulanan inflasi dan neraca dagang, angka pertumbuhan ekonomi dan defisit transaksi berjalan (CAD) kuartal I 2019 juga akan diumumkan. Ekspektasi pasar adalah bahwa ekonomi Indonesia 1Q2019 masih bisa tumbuh 5,1 – 5,2% per tahun, sementara CAD akan berada di -2,5% PDB.

                           

         Sumber: Bloomberg, CPAM

BI mempertahankan rate bulan ini di 6%

Bank Indonesia (BI), selama lima bulan, kembali menahan suku bunga acuan 7-DRR di level 6% - sejalan dengan ekspektasi pasar. Saat kebijakan moneter fokus pada stabilitas eksternal, BI melakukan upaya-upaya untuk seperti meningkatkan likuiditas di sistem kuangan untuk menggairahkan permintaan domestik. Defisit transaksi berjalan (CAD) diekspektasikan untuk membaik ke -2,5% terhadap PDB di kuartal I 2019 (vs -3,6% di kuartal IV 2018), seiring dengan membaiknya neraca perdagangan. Secara historis, CAD akan lebih dalam di dalam di kuartal II karena faktor musiman, seperti: Ramadhan; Lebaran; Back-to-school; dan jadwal pembayaran dividen perusahaan. Jika CAD kuartal II terkontrol, hal ini akan menjadi katalis bagi BI untuk memulai siklus monetary easing-nya sesegera mungkin di kuartal III.

 

IHSG di level 6.401

Equity Market

Pada minggu lalu IHSG melemah sebesar -1,63% WoW ke level 6.401 seiring dengan keluarnya dana asing dari pasar saham Indonesia sebesar IDR 2,3tn. Sebagian besar sektor mengalami koreksi, kecuali Infrastruktur (+0,90%); Oerdagangan (+0,57%); dan Pertambangan (0,35%). Sektor dengan pelemahan terbesar adalah Industri Dasar (-4,44%); Agrikultur (-4,21%); dan Barang Konsumsi (-3,58%). GGRM (+4,87%); UNTR (+5,85%); dan BBCA (+0,82%) menjadi leaders, sementara HMSP (-7,2%); UNVR (-7,9%); dan BBRI (-2,9%) menjadi laggards pada perdagangan bursa minggu lalu.

Yield SUN 10 tahun mengalami kenaikan 19bps ke 7,78%

Bonds Market

SUN 10 tahun mengalami penurunan yield sebesar 19bps ke 7,78% pada minggu lalu. Yield Indo USD 9 tahun mengalami penurunan 5bps ke level 3,82%, sejalan dengan US Treasury 10 tahun yang mengalami penurunan 6bps ke 2,50%. Asing mencatatkan inflow Rp10,6 triliun pada pasar obligasi minggu lalu, hal ini membawa kepemilikan asing untuk naik ke 38,5%. BINDO mencatatkan kenaikan -0,57% WoW.

 

Sumber: Bloomberg, PT. CPAM