Weekly Perspective 09 July 2019

Market Data 5-Jul-19 28-Jun-19 %
IHSG 6,373 6,359 0.20%
EIDO 25.9 26 -0.30%
10Yr Indo IDR (%) 7.23 7.37 -14 bps
9Yr Indo USD (%) 3.25 3.41 -16 bps
10Yr US Treasury  (%) 2.03 2.01 3 bps
IDR/USD 14,083 14,128 0.30%
 

 

   
Economic Data 19-Jun 19-May 19-Apr
CPI (%YoY) 3.28 3.32 2.83
7-day RR Rate (%) 6 6 6
PMI  Manufacturing 50.6 51.6 50.4
CCI n/a 128.2 128.1
FX Reserves ($, bn)  123.8 120.3 124.3
Trade Balance ($, mn)   208 -2,287

 

 

Data ketenagakerjaan AS menempatkan pasar finansial dan bank sentral pada posisi yang bertentangan

Global Macro Economy

Akhir pekan lalu AS melaporkan non-farm payroll bulan Juni bertambah 224.000 (di atas ekspektasi pasar 165.000), jauh lebih baik dari data bulan Mei yang hanya sebesar 75.000. Sejatinya, pasar sudah price-in adanya rate cut pada FOMC meeting bulan Juli. Rilis data tenaga kerja yang kuat ini pada akhirnya menempatkan pasar dan bank sentral pada posisi awkward. Merespon data tersebut, terlihat pull back pada pasar saham dan obligasi AS. Di pasar obligasi Indonesia pagi ini, yield 10bps lebih tinggi dari penutupan minggu lalu. Rupiah juga melemah ke 14.150 per dolar, lebih tinggi dari Jumat lalu 14.085. Meskipun demikian, belum terlihat adanya selling pressure karena pasar masih wait and see, menunggu adanya petunjuk lebih lanjut yaitu dari data-data selain tenaga kerja.

 

  

Iran umumkan akan tambah bahan baku nuklir, melewati batas kesepakatan internasional

Iran mengumumkan bahwa mereka akan melampaui batas pengayaan uranium, tindakan yang melanggar kesepakatan nuklir tahun 2015. Wakil Menteri Luar Negeri Abbas Araqchi mengatakan Iran masih ingin menyelamatkan kesepakatan itu, menyalahkan negara-negara Eropa yang disebutnya gagal memenuhi komitmen mereka sendiri. Sementara AS telah secara sepihak menarik diri atas kesepakatan nuklir pada 2018 lalu dan memberlakukan sanksi-sanksi kepada Iran. Kesepakatan sebelumnya adalah bahwa konsentrasi uranium tidak boleh melebihi 3,67% dalam menyediakan bahan bakar pembangkit listrik. Iran memberi tenggat waktu 60 hari bagi negara Eropa untuk menyelamatkan perjanjian tersebut. Hal itu ditegaskan setelah Iran menyoroti penurunan tajam pada penjualan minyaknya. Sebagai informasi, level uranium 3,67% masih aman dibandingkan dengan level weapon-grade sebesar 90%.

 

Tarif dasar listrik akan dinaikkan tahun depan?

Domestic Macro Economy

Kementrian ESDM memastikan bahwa mekanisme tariff adjustment atau penyesuaian tarif akan diimplementasikan pada 2020 mendatang dalam upaya mengurangi beban APBN. Biaya tarif dasar listrik (TDL) untuk dua belas golongan non-subsidi dapat berubah-ubah setiap tiga bulan. Latar belakang mekanisme ini adalah volatilitas harga minyak dunia, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, serta lanju inflasi nasional. Sebetulnya Indonesia telah menerapkan sistem ini 2016 lalu, namun dihentikan di 2017. Yang perlu ditegaskan adalah bahwa penyesuaian tarif secara berkala ini untuk tidak serta merta diterjemahkan bahwa harga listrik dinaikkan.

   

Perbankan sedang menyiapkan rekening penampungan devisa hasil ekspor

Sembari menunggu Peraturan Menteri Keuangan/PMK dirilis, perbankan Indonesia mulai menyiapkan rekening penampungan devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA). Upaya ini dilakukan pemerintah untuk mempersempit defisit transaksi berjalan dan neraca perdagangan demi meredam volatilitas nilai tukar. Pemerintah akan mengenakan sanksi bagi pelaku ekspor SDA sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan yang tidak menempatkan DHE-nya ke dalam rekening khusus.

 

IHSG di level 6.373

Equity Market

Pada minggu lalu IHSG menguat +0,23% WoW ke level 6.373 seiring dengan pembelian bersih asing sebesar Rp 0,98 triliun. Sektor dengan penguatan terbesar dialami oleh Industri Dasar (+3,19%); Infrastruktur (+1,98%); dan Barang Konsumsi (+0,85%). Sementara itu, pelemahan terdalam tercatat di sektor Aneka Industri (-2,60%); Pertambangan (-2,42%); dan Agrikultur (-0,81%). HMSP (+4,14%); CPIN (+18,92%); dan TLKM (+3,38%) menjadi leaders, sementara ASII (-4,0%); BMRI (-2,5%); dan BYAN (-12,3%) menjadi leaders.

Yield SUN 10 tahun kembali turun 14bps ke 7,23%

Bonds Market

SUN 10 tahun kembali mengalami penurunan yield 14bps ke 7,23% pada minggu lalu. Sementara itu, Yield Indo USD 9 tahun turun 17bps ke level 3,26%, di tengah dengan kenaikan yield US Treasury 10 tahun ke 2.03%. Asing mencatatkan inflow Rp2,3triliun pada pasar obligasi minggu lalu, hal ini membawa kepemilikan asing  ke level 38,9%. BINDO mencatatkan penguatan +1,15% wow.

 

Sumber: Bloomberg, Principal-ID