Weekly Perspective 02 September 2019

Market Data 30-Aug-19 23-Aug-19 %
IHSG 6,328 6,256 1.20%
EIDO 25.2 24.3 3.80%
10Yr Indo IDR (%) 7.33 7.24 9 bps
9Yr Indo USD (%) 2.78 2.97 -20 bps
10Yr USD Treasury (%) 1.5 1.54 -4 bps
IDR/USD 14,191 14,215 0.20%

 

 

Economic Data 19-Aug 19-Jul 19-Jun
CPI (%YoY) 3.32 3.32 3.28
7D-RRR (%) 5.5 5.75 6
PMI Manufacturing 49 49.6 50.6
CCI N/A 124.8 126.4
FX Reserves (USD bn) N/A 125.9 123.8
Trade Balance (USD mn) N/A -64 297

 

 

 

US Treasury 30 Tahun Menyentuh Level Terendah Sepanjang Sejarah! Tingkat imbal hasil 30 tahun jatuh sampai level terendah sepanjang sejarah di 1,90% sementara 10 tahun telah turun selama lima minggu berturut-turut. Tampaknya rally pada bond  yang mengindikasikan fly to safety phenomena belum berhenti.

 

Health Check: Pekan ini pasar akan dibanjiri dengan data: PMI; MBA Mortgage Application; Jobless Claims; dan NFP. Semua orang juga akan menunggu pidato Jerome Powell akhir pekan ini sebelum minggu tenang menjelang FOMC.

 

Global

 

September 1, 2019: The D-Day! Menjalankan rencananya, per 1 September 2019 Amerika Serikat memberlakukan 10% tarif terhadap $300 miliar impor dari Tiongkok, di samping 25% dari $250 miliar yang saat ini sedang berlaku. Sebagai balasan, di tanggal yang sama Tiongkok efektif menerapkan 5% levy terhadap $75 miliar impor dari Negeri Paman Sam.
No grace period at all! Bea cukai AS setempat meyatakan bahwa tarif ini berlaku jam 12 malam dan tidak ada grace period bahkan bagi kargo yang berlayar dari Tiongkok sebelum tanggal tersebut. Sebagian barang impor tersebut adalah barang-barang yang berkaitan dengan koneksi internet.
The Talk Still Goes On. Meskipun saling melakukan aksi balas-membalas, AS dan Tiongkok masih akan melanjutkan perundingan perdagangan bulan ini.

 

Domestic

Sky Rocketed Nickel! Harga Nikel melonjak ke level tertinggi selama lima tahun pada Jumat lalu, berakhir 8,8% lebih tinggi pada US $17.900 per ton, kenaikan satu hari terbesar sejak 2009. Hal ini dikarenakan larangan ekspor bijih dari Indonesia efektif Desember 2019, lebih cepat dari rencana awal di 2022 yang menyebabkan kekhawatiran menyusutnya pasokan. Diperkirakan sekitar 8-9% pasokan global yang berasal dari Indonesia akan terkena dampak.
Inflasi Agustus di Bawah Ekspektasi. Angka Inflasi Agustus di level 0,12% MoM/3,49 YoY, di bawah ekspektasi 0,31% MoM. Pada akhir 2019, inflasi diperkirakan di bawah 3,5% disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di bawah potensi, ekspektasi inflasi yang moderat, harga komoditas rendah, dan koordinasi yang cukup baik antara BI dan pemerintah.
 

The Next Big News Are…

Fed Rate Cut? Konsensus masih memperkirakan pemotongan suku bunga The Fed hingga akhir tahun masih akan dilakukan dua kali lagiyaitu pada pertemuan tanggal 17-18 September ini serta sekali lagi di bulan Oktober atau Desember tahun iniConsumer sentiment di US yang baru diumumkan hari ini masih di bawah target 2% sehingga mendukung estimasi penurunan suku bunga. Saat ini pasar modal, baik saham maupun obligasi, tampaknya telah memperhitungkan penurunan suku bunga ini.
Komoditi Masih Akan Marak Diperbincangkan. Menyusul meningkatnya harga emas dan nikel hari ini, karena diperkirakan adanya disrupsi pada inventory, diperkirakan spekulasi juga akan terjadi pada komoditas lain.
DPR Tolak Usulan Kenaikan Premium BPJS. What’s Next? Setelah hari ini Komisi IX dan Komisi XI menolak usulan kenaikan premi BPJS Kesehatan yang diusulkan pemerintah, maka usulan tersebut akan diteruskan kepada presiden yang akan menolak atau menyetujui usulan tersebut. Defisit BPJS Kesehatan yang makin tahun makin besar, memerlukan solusi secepatnya.
.

Implication To Our Strategy

Kami melihat pergerakan Indonesia USD Bond masih seiring dengan UST dengan risk premium stabil di 1,3%-1,5% untuk tenor 10 tahun dalam 2 bulan terakhir. Posisi relatif netral terhadap benchmark menjadi pilihan saat ini di tengah dinamisnya perkembangan faktor eskternal.
Partisipasi Aktif BI. Likuiditas perbankan masih cukup ketat, walaupun demikian kami melihat BI cukup aktif menjaga pergerakan mata uang Rupiah di kisaran Rp 14.000-14.500. Sementara itu inflasi terkendali di kisaran 3%-3,5%. Dari sisi supply, pemerintah telah memenuhi 70% target penerbitan obligasinya selama tahun ini dan diperkirakan tidak akan tercipta kondisi over supply di pasar.
Pada portfolio saham, tema perdagangan sangat mengikuti news flow yang ada dari hari ke hari sehingga pergerakan indeks menjadi sangat volatile. Minggu ini kami perkirakan komoditi akan mendominasi pergerakan pasar menyusul harga emas dan nikel yang terlebih dahulu telah meroket. Portfolio juga melakukan selective trading untuk mencoba memaksimalkan imbal hasil.

Trading Corner

 

Equity Market

Waiting For Further Catalyst.  IHSG tutup di level 6.328, rebound +1,16%% WoW minggu lalu dimana market masih menunggu catalyst dari arahan kebijakan moneter the Fed. Kepemilikan asing turun sebesar Rp1,5tr (USD104 jt). Sektor yang mengalami kenaikan signifikan termasuk Industri Dasar (+5,05%); Perdagangan & Jasa (+1,68%); dan Aneka Industri (+1,37%), sedangkan sektor yang mengalami penurunan adalah Agrikultur (-0,61%) dan Barang Konsumsi (-0,17%).

 

Bonds Market

Imbal Hasil Obligasi Pemerintah Ditutup di 7,33%. SUN 10 tahun mengalami kenaikan yield sebesar 9bps ke 7,33% sepanjang minggu lalu. Sementara itu, Yield Indo USD 9 tahun turun 17bps ke level 2,87% sejalan dengan penurunan yield US Treasury 4bps ke level 1,50%.
Foreign Investor: Keep Buying. Asing melanjutkan inflow sebesar Rp 4,1 triliun pada obligasi pemerintah Indonesia minggu lalu. Hal ini membawa kepemilikan asing naik ke level 38,6%. BINDO Index melemah -0,38% week on week.