Weekly Perspective 24 September 2019

Market Data 20-Sep-19 13-Sep-19 %
IHSG 6,231 6,335 -1.60%
EIDO 24.9 25.7 -3.30%
10Yr Indo IDR (%) 7.25 7.19 5 bps
9Yr Indo USD (%) 2.86 2.86 0 bps
10Yr USD Treasury (%) 1.72 1.9 -17 bps
IDR/USD 14,055 13,965 -0.60%

 

 

Economic Data 19-Aug 19-Jul 19-Jun
CPI (%YoY) 3.49 3.32 3.28
7D-RRR (%) 5.5 5.75 6
PMI Manufacturing 49 49.6 50.6
CCI 123.1 124.8 126.4
FX Reserves (USD bn) 126.4 125.9 123.8
Trade Balance (USD mn) 85 -64 297

 

Picture credit: Bloomberg, Financial Times

Overnight Repo Rate US Sempat Capai 8,25%! Overnight Repo Rate di US sempat meloncat ke level tertinggi sepanjang 2019 di 8,25% minggu lalu. Banyak spekulasi penyebab lonjakannya, namun belum ada yang kongkrit. Kenaikan Repo Rate merupakan indikasi ketatnya likuiditas pasar keuangan overnight. Repo (Repurcase Agreement) merupakan suatu perjanjian antara 2 pihak (salah satunya Bank Sentral) untuk memberi pinjaman dengan kolateral beberapa instrumen hutang seperti obligasi negara. Hal ini membuat the Fed intervensi dengan Open Market Operation sebesar USD75bn (~Rp1.050trn) untuk memastikan kecukupan likuiditas dan menjaga FFR dikisaran 2-2,25%.

 

Global

Playing Hard to Get? Kementerian Perdagangan China menyatakan hasil pertemuan antara AS-China minggu lalu sangat konstruktif, dengan kedua belah pihak setuju untuk melanjutkan diskusi. Namun, perwakilan China membatalkan kunjungan ke beberapa daerah agrikultur di AS yang mengurangi harapan bahwa China akan kembali membeli barang pertanian AS yang sudah dihentikan semenjak April.
Lower FFR 25 bps, What’s Next? Sesuai ekspektasi pasar, the Fed menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi kisaran 1,75-2,00%. Forecast “dot-plot” menunjukkan tidak adanya forecast untuk penurunan suku bunga di 2019-2020, dibanding 25 bps penurunan suku bunga dari ekspektasi pasar. Dengan berbagai banyak faktor seperti implied yield curve, penurunan ekonomi global dan tuntuan dari Donald Trump, akan menarik untuk melihat langkah the Fed selanjutnya.

 

 

Domestic

Bank Sentral Relaksasi Kebijakan Moneter. Bank Indonesia untuk ketiga kalinya di tahun ini memangkas suku bunga acuan 7-DRR ke level 5,25%. Sementara itu, deposit facility dan lending facility juga diturunkan masing-masing menjadi 4,50% dan 6,00%. Kebijakan ini konsisten dengan inflasi kita yang masih rendah, tingkat imbal hasil aset Indonesia yang masih menarik, serta langkah pre-emptive BI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. BI juga merelaksasi aturan LTV untuk properti dan kendaraan bermotor.
Target 1.000 Kilometer Tercapai! Kementrian PUPR mengemukakan bahwa target pembangunan jalan tol baru sepanjang 1.000 km akan tercapai. Pembangunan ini merupakan bagian dari rencana strategis 2015-2019. Sejak 2015, terdapat 20 ruas tol baru yang dioperasikan, termasuk ruas tol terkenal seperti: Semarang-Solo  (73 km); Ngawi-Kertosono (90,1 km); dan Bakauheni-Terbanggi Besar (140,9 km).

The Next Big News Are…

Politik Memanas Menjelang Pengumuman Kabinet Baru. Menjelang pelantikan Presiden dan pengumuman kabinet baru, situasi politik cukup memanas terutama karena reaksi keras datang dari masyarakat terhadap beberapa Rancangan Undang-Undang yang dipandang kontroversial. Rancangan Undang-Undang yang menjadi sorotan yaitu RKUHP dan Revisi UU KPK. Selain itu, kebakaran hutan yang masih berlangsung di beberapa tempat kembali menjadi bahan sorotan negatif. Beberapa kelompok masyarakat menginisiasi protes di beberapa tempat dan termasuk juga pada media sosial.
Susunan Kabinet Baru Akan Menjadi Perhatian Besar. Susunan Kabinet menteri yang baru akan diumumkan setelah pelantikan Presiden pada 20 Oktober 2019. Sebelum tanggal itu, semestinya bursa nama-nama menteri akan mulai beredar. Investor sangat menunggu nama-nama yang sedianya membawa angin segar pada investasi di Indonesia. Banyaknya agenda yang harus diselesaikan dalam rangka mempermudah iklim bisnis Indonesia seperti hukum tenaga kerja, insentif pajak, serta perampingan birokrasi, menjadi agenda utamanya.

Implication To Our Strategy

When Rate Cut Meet the Expectation.. Ekspektasi pasar modal terhadap diturunkannya suku bunga The Fed dan Bank Indonesia, terealisasi minggu lalu. Bursa saham yang telah memasukkan kondisi tersebut dalam prediksinya pun, bereaksi netral. Diperkirakan minggu ini pasar akan bergerak volatile karena kurangnya katalis positif.
Portfolio saham tidak banyak bisa bermanuver dari kondisi yang penuh ketidakpastian, ditambah lagi dengan sektor konsumsi yang terpuruk akibat saham Gudang Garam dan HM Sampoerna yang mengalami penurunan tajam akibat kenaikan cukai rokok. Aktivitas lebih banyak dilakukan pada alokasi asset dimana pendapatan tetap dan pasar uang lebih menawarkan stabilitas dibandingkan saham saat ini.

Trading Corner

 

Equity Market

IHSG Tutup di Level 6.335, Menguat Tipis +0,41% WoW minggu lalu, ditopang oleh investor domestic yang masih dalam euforia rate cut dan QE oleh ECB. Kepemilikan asing turun sebesar Rp 0,66 triliun (USD 47 juta). Sektor yang mengalami kenaikan signifikan termasuk Konstruksi (+2,40%); Agrikultur (+1,80%); dan Keuangan (+0,92%), sedangkan sektor yang mengalami penurunan adalah Pertambangan (-1,28%); Industri Dasar (-1,05%); dan Perdagangan & Jasa (-0,24%).

 

Bonds Market

Imbal Hasil Obligasi Pemerintah Ditutup di 7,25%. SUN 10 tahun mengalami kenaikan yield sebesar 5bps sepanjang minggu lalu. Sementara itu, Yield Indo USD 9 tahun naik 4bps ke level 2,97% bertolak dengan penurunan yield US Treasury 17bps ke level 1,72%.
Foreign Investor: Keep Buying. Kita masih melihat investor asing melanjutkan aksi beli bersih sebesar Rp 1,6 triliun pada obligasi pemerintah Indonesia minggu lalu. Hal ini membawa kepemilikan asing di level 38,7%. BINDO Index menguat tipis +0,08% week on week.